Sabtu, 14 Juni 2014
Haii gaes.. haii.. semuanya. Kali ini aku mau nyeritain
kelanjutan dari postingan sebelumnya. Setelah sesat dibandara, hal kedua yang
bisa lakuin ketika sampai di Malaysia adalah adaptasi dengan negaranya,
kebudayaannya, waktunya, bahasanya, makanannya, minumannya serta
orang-orangnya. Buat yang belum tau kenapa aku lagi ada di negara
tetangga, sebaiknya kalian baca disini dulu biar nggak bingung.
Bukannya mau
berlebihan, bayangin aja disini nasgor
(nasi goreng) nya pakai kuah soup. Kebayang nggak?. Kalo ditanya nama nasgor
yang pakai kuah itu apa… aku juga lupa. Maaf soalnya aku manusia. Meskipun
nggak semua nasgor disini pakai kuah sih, tergantung jenisnya juga. Tapi tetep
sukses buat lambung aku jadi katol alias
kaget total.
Minuman disini juga aneh-aneh. Disini, kalo kita pesan Teh, Kopi, Milo, Nescafe, dan sejenisnya tanpa ada huruf “O” didepannya, maka itu berarti
ada campuran susunya. Jadi kalo kita mau pesannya teh dengan campuran gula kita
harus bilangnya teh “O”.
Errr... ribet emang kalo belum terbiasa. Setelah aku
bertapa digurun gurun gobi selama lebih kurang 3 hari 4 malam lamanya akhirnya
aku berhasil temuin jawabannya. Ternyata orang Malaysia itu kebanyakan nggak
suka gula dengan alasan takut terkena diabetes. So, gula itu digantikan dengan
susu.
Kembali lagi ke bandara.
Dibandara, aku dan ahmad disuruh menunggu diruang tunggu oleh para petugas bandara.
Dengan muka yang semi ramah plus mata jutek, mereka mengintograsi kami. Meskipun
begitu, sebisa mungkin aku mengeraskan otot-otot pipi ku agar terlihat ganteng.
*Dibandara*
Petugas : “Are you student asing..?”
Saya : “Mmm.. anu.. mm..” *ngelirik ahmad, berharap dia yang
ngejawab pertanyaan itu*
Dengan muka tanpa dosa teman aku, si ahmad malah balik
ngeliatin aku. Disitulah aku mulai yakin kalo dia juga berharap itu pertanyaan
dijawab oleh aku sendiri. Kampret.
“Ekhem!, you are student asing disini?” petugas itu
menanyakan sekali lagi kepada kami dengan pertanyaan yang sama tapi kali ini
dengan nada yang agak sedikit tinggi. Syukurlah! Dia ternyata bisa berbahasa melayu.
Setidaknya aku bisa sedikit mengerti dengan apa yang dia bicarakan kepada kami.
Nggak kebayang seandainya kami terdampar di Amerika Serikat yang kalo
ngomongnya full pakai bahasa Inggris, pasti bakalan kacau. Nggak mungkin Agnes
Monica mau jauh-jauh terbang kemari cuma buat nolongin kami translatetin bahasa
mereka.
Jujur, dari kecil sampai sekarang pelajaran bahasa inggris merupakan
mata pelajaran yang paling aku benci. Jadi wajar aja kalo aku payah berbahasa
inggris.
Dengan tetap menjaga ketampanan, aku pun ngejawab pertanyaan
petugas bandara itu.
Saya: “Oh ya.. we student asing disini. Kami mau magang
disini selama enam bulan di GMI (German-Malaysian Institute)”.
Petugas : “Sekarang kamu nak masuk kebilik itu, tunggu bos kamu
jemput and bla..bla..bla..” dengan logat melayu yang sangat kental.
Obralan kami pun berakhir sampai disitu. Ahmad? Dia masih
saja ngeliatin aku. Sialan.
Aku dan ahmad dituntun masuk ke ruangan tunggu
khusus orang asing yang mau belajar disini. Sampai diruangan ternyata kami udah
disambut oleh puluhan pelajar-pelajar asing dari berbagai Negara yang hendak
mau belajar disini. Nasib mereka sama dengan kami. Menunggu untuk dijemput.
Selama 4 jam lamanya kami mendiami ruangan itu untuk tunggu dijemput. Otot-otot
pipi aku yang semula keras mulai kendur, pantat aku ngambek. Seandainya saja dia bisa ngomong,
pasti bakalan maki-maki aku karena dari tadi asik duduk aja selama empat jam
non-stop tanpa henti.
“Student Politeknik Aceh??” suara merdu agak sedikit tegas
tiba-tiba terdengar masuk ketelinga aku. “IYA!” jawab aku mantap. Akhirnya kami
dijemput juga. Legah banget rasanya bisa terbebas dari ruangan neraka itu.
Yang
ngejemput kami namanya Miss Rauziah atau sering dipanggil dengan Cek Rauziah.
Beliaulah yang mengurusi mahasiswa asing yang hendak mau belajar diperusahaan
GMI. Lebih kurang 30 menit waktu yang dibutuhkan untuk mengurus kami hingga
kami bisa keluar dengan selamat dari bandara Kuala Lumpur.
“Maaf ya saya agak lama jemputnya..” Cek Rauziah membuka
percakapan diantara kami. Mata aku sepontan agak melotot di kata “agak”. Ah
sudahlah.. yang terpenting sekarang ini kami udah bisa keluar dari bandara. “Iya cek, nggak apa-apa kok, selow aja..” si
ahmad langsung ngerespon. Yah.. tiba
pertanyaan yang gampang doang baru ngomong tuh anak. Dari Kuala Lumpur kami
langsung pergi ke Selangor atau lebih tepatnya didaerah Kajang. Tempat dimana
GMI itu berada.
Di dalam mobil kami sudah ditunggu oleh suaminya cek rauziah.
Lagi-lagi aku lupa namanya siapa. Maklum, aku ini suka pelupa orangnya. *senyum-senyum
jijik*
Selain suaminya cek rauziah, didalam mobil juga ada Arifah,
anak cek rauziah yang paling kecil. Arifah ini masih Sekolah Dasar kelas 1.
Sepintas wajahnya berhasil mengingatkan aku dengan Siti Nurhalizah. Tentu Siti
Nurhalizah yang ini masih belum matang. Dua jam waktu yang diperlukan untuk
bisa sampai ke kajang. Benar-benar perjalanan yang melelahkan.
Ditengah perjalanan suami cek rauziah berhenti ditempat
makan. Mereka mengajak kami untuk makan terlebih dahulu sebelum kembali
melanjutkan perjalanan. Baik sekali mereka. Aku ingin sekali beranjak dari
kursi belakang, mengendap-endap kearah suaminya cek rauziah mengangkat kedua
tangannya lalu memeluknya dari belakang sambil berteriak “TERIMA KASIHH CEK
GUHH… TERIMA KASIHHH…!!!”. Untungnya akal sehat berhasil menyelamatkanku dari
tindakan tak terpuji itu. Ditahan dulu
nafsunya...tahan. Oke, aku pun tetap duduk ganteng dibelakang.
Nggak lama kemudian kami pun sampai ditempat makan. Kami melihat daftar menu makanan dan minuman.
Dari sekian banyak daftar menu makanan, disitu yang aku kenal cuma nasi goreng.
Kebetulan itu makanan favorit aku. Langsung aja aku pesan, sedangkan untuk
minumannya, aku menaruh hati kepada Milo “O” ice. Karena penasaran dengan kata-kata
“O”nya.
Makanan yang kami pesan pun tiba. Disitulah pertama kali aku
nyobain nasi goreng dengan campuran kuah soup. Kaget? Jelas. Soalnya nggak
pernah nyoba yang kayak beginian. Kalo minuman nggak ada yang spesial, biasa
aja rasanya kayak milo-milo biasa yang sering aku minum dirumah. Setelah
dijelasin sama cek rauziah baru aku tau kalo ada kata “O” didepannya itu
berarti pakai gula. Kami pun makan
dengan lahap.
“Kalo di Indonesia boleh tidak menikah dua kali?” kata suami
cek ruziah sambil cekikian. Matanya yang lebar berubah menjadi sipit.
Aku yang dari tadi lagi asik menyantap makanan “aneh” itu
langsung tersentak kaget. Mulut aku terbuka persis seperti kasir Indomaret yang
lagi mau ngasih uang kembalian. Kurang lebih ekspresinya kayak gini:
Bukan kaget karena matanya yang tiba-tiba berubah jadi
drastis itu, melain dengan pertanyaannya. Ini
suami cek rauziah apa beneran mau nikah lagi? Atau emang sedang bercanda?
“Mmm.. Kalo di Indonesia kan cek, nggak boleh nikah dua
kali” jawab ahmad sok tau.
“Haha.. Oh gitu ya..” matanya yang sipit itu akhirnya
kembali melebar.
“Iya cek, gitu lah kira-kira. Hehe..” jawab kami serentak.
Meskipun sempat shock dengan pertanyaan tadi, tapi sebisa mungkin kami harus bisa memasang
muka ramah seperti ini ^_^
Sebelum suasananya berubah menjadi canggung, lagi-lagi suami
cek rauziah bertanya kepada kami.
“Kalo musang king ada banyak kah di Indonesia?”
Dari pertanyaan itu aku sempat mikir keras, soalnya bingung
maksimal. Emangnya ada raja musang? Atau
jangan-jangan ada raja yang dikutuk jadi musang?
“Kalo musang king di Indonesia banyak, di Aceh juga ada kok
cek!” sambar ahmad sigap.
“Owh.. ada juga ya, disini kalo lagi musim banyak tuh musang
king. Murah-murah..”
“Eh mad, emang musang king itu apaan sih?” bisik aku ke ahmad
“Musang king itu buah durian kal. Makanya sering-sering deh
nonton Upin-Ipin biar tau”.
Belakangan, aku baru tau ternyata hobi ahmad selain main
futsal adalah… nonton Upin-Ipin.
Kami lebih sering diam, maklum masih jaim-jaim. Soalnya kan
baru kenal. Hehe..
Selama diperjalanan yang aku dan ahmad lakukan adalah melihat
keluar jendela mobil, memandangi pemandangan disekitar satu per-satu. Masih
dengan perasaan yang tidak yakin kalo kami emang udah benar-benar berada
dimalaysia. Lamunan aku buyar ketika ngelihat banyak bangunan-bangunan tinggi
seperti rumah susun kalo di Indonesia. Ya, ternyata kami udah sampai di asrama
GMI tempat aku dan ahmad menginap selama disini. Sedangkan kantor tempat kami
bekerja ada didepan seberang jalan dari asrama tempat kami menginap. Nggak
jauh, kalo jalan kaki masih sanggup.
“Yap! Udah sampai kita di GMI tempat kalian menginap”. Miss Rauziah lagi-lagi yang memulai
percakapan. Logat melayunya terasa kali ditelinga aku. Rada-rada aneh gitu sih
waktu pertama kali ngedengerinnya. Tapi meskipun begitu masih bisa kami cerna
kata-katanya. Ketimbang dia berbicara bahasa inggris? Bisa mati begok ntar aku
jadinya. Bukan..bukan aku, tapi kita. Ya, aku dan ahmad lebih tepatnya.
Bergegas kami berdua mengambil koper kami untuk dibawa masuk
ke kamar yang uda disediain sebelumnya. Ternyata didalam satu kamar itu
terdapat 4 kamar tidur. Dan dikamar kami uda ada 2 orang yang sebelumnya lebih
dulu tiba dari kami. Namanya Haris, dan Mustafa.
Sekilas info, untuk nama yang
terakhir dia itu orang bulek. Dan itu artinya mau nggak mau kalo berbicara
dengan dia harus bisa menggunakan bahasa inggris. Yah! Lagi-lagi aku harus
berhadapan dengan hal yang paling aku benci. Sedangkan Haris merupakan warga
asli Malaysia. Jadi kesimpulannya dikamar yang kami huni ada 4 orang ditambah
kami bedua. Aku-Ahmad-Haris-Mustafa.
BERSAMBUNG...
Segitu dulu ya buat cerita kali ini. Ntar kalo ada waktu dan kesempatan pasti bakalan aku sambung kok tentang pengalaman selama disini. Kalo ada yang mau komen atau mau berbagi pengalaman tentang adaptasi dinegeri orang boleh kok cerita kemari dikomen box! Sampai jumpa lagi gaes...!