Senin, 9 Desember 2013
Jono adalah
seorang mahasiswa muda, semi ganteng, dan tidak sombong. Dia berasal dari
keluarga yang biasa-biasa aja alias sederhana. Suatu ketika si Jono lagi duduk
termenung diatas genteng rumah tetangga sambil menikmati secangkir Insto hangat.
Terlintas dipikiran dia tentang
impian terbesar dia, yaitu bisa pergi ke Perancis walaupun hanya untuk sekedar peperin ingus dia ke menara Eiffel. Sambil tersenyum-senyum
jijik, si Jono terus membayangkan gimana sih Perancis itu.
Tiba-tiba saja lamunan dia
terhenti ketika dia sadar bahwasanya dia hanyalah orang yang berkehidupan
pas-pasan. Dan nggak mungkin mampu untuk bisa pergi keluar negeri. Ditambah
lagi dia juga masih mahasiswa.
"Udah lah, urus aja kuliahmu saja jangan mikir
jauh-jauh kali"
Dari cerita
diatas dapat aku simpulkan bahwa ketika mimpi kita mulai tercipta, maka akan
muncul yang namanya realistis dan kritis. Realistis si Jono mengatakan kalo dia
hanyalah seseorang yang berkehidupan pas-pasan dan cuma seorang mahasiswa yang
dalam artian belum mampu menghasilkan duit lebih.
Sedangkan pemikiran kritis
dia mengatakan kalo dia gak akan mampu untuk pergi keluar negeri apalagi ke
Perancis yang jaraknya super jauh dari tempat tinggalnya. Ujung-ujungnya? Yup,
udah bisa kita tebak impian dia ke Perancis itu tadi hangus, hitam legam, persis
kayak warna bulu pantat the rock.
Jadi gimana dong biar impian-impian
kita gak bakalan hangus kayak si jono tadi?
Gini, dari
kasus si Jono tadi tentang impian dia ke Perancis. Memang, secara realistis si Jono hanyalah orang yang sederhana dan masih mahasiswa. Buat makan aja mesti
mikir-mikir dulu, gimana mau ke Perancis?
So, kenapa emangnya kalo dia cuma
orang yang sederhana dan statusnya masih mahasiswa? Coba kita pikir, ke luar
negeri nggak cuma mesti soal uang yang kita keluarkan seberapa banyak. Untuk bisa
keluar negeri bisa melalui apa aja kok jangan hanya terpaku dengan biaya yang
mesti kita keluarkan.
Untuk bisa ke luar negeri kita bisa melalui prestasi
bukan?
Setelah
realistis terlewati pasti akan datang yang namanya kritis. Pemikiran kritis si
jono tadi mengatakan bahwa
“udahlah, kamu tuh gak akan mampu ke luar negeri,
mending urusin kuliah aja”
Jangan pernah biarkan pemikiran kritis mengkritik
impian kita. Arahkan pemikiran kritis itu ke realistis.
Contohnya: “Jon, gimana
mau dapat prestasi terus bisa ke luar negeri kalo kerjaanmu itu cuma bangun
telat, bermalas-malasan sambil garuk-garuk ketek doang?"
Agar tercapainya impian kita lakukanlah yang terbaik dengan terus berusaha dan berdoa
Apa mau sampai tua
kamu disini-sini aja? Tanpa melihat indahnya menara Eiffel dan indahnya kota
Paris disana? Ingat! jangan sampai kritis mengkritik si impian, tapi kritiklah
si realistis.
Ketika kamu
membuat impian, percayai dan yakinlah bahwa kamu bisa mencapainya. Jangan
sampai realistis dan kritis membunuh impianmu.
Mungkin segitu dulu tips dari aku. Kalian punya impian sendiri? Kalo emang ada bisa share di comment box ya! biar pembaca yang lain juga bisa liat. Thanks! :)
0 komentar:
Posting Komentar